Jakarta – Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, Salim Segaf Al-Jufri, memberikan kata sambutan dalam acara Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan F-PKS Seri ke-7 Edisi Spesial Peringatan Mosi Integral M. Natsir 3 April 1950 dengan tema “Spirit Transformasi dan Kolaborasi dalam Menjaga Integrasi Nasional” yang disiarkan secara langsung melalui Youtube PKSTV, pada Senin (04/04/2022), siang.
Dalam sambutannya, sosok yang dikenal sebagai Habib Salim tersebut mengingatkan tentang pentingnya merawat ingatan bangsa terkait peristiwa Mosi Integral sebagai satu momentum sejarah saat kembali bersatunya wilayah-wilayah NKRI yang sempat terpisah akibat adanya Republik Indonesia Serikat (RIS).
“Salah satu nama yang punya jasa besar bagi cikal bakal NKRI yaitu Muhammad Natsir. Mosi Integral Natsir pada tanggal 3 April 1950, menjadi momentum bersatunya kembali negara bagian Republik Indonesia Serikat kepada NKRI. Maka tak berlebihan ketika Bung Hatta menyebutkan bahwa Proklamasi Kedua diumumkan secara resmi pada 17 Agustus 1950 setelah Indonesia akhirnya kembali kepada cita-cita negara kesatuan dan tidak tercabik-cabik menjadi negara serikat buatan Belanda,” ujar Salim Segaf pada kata sambutannya.
Mantan Menteri Sosial Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II ini menjelaskan bahwa sebagai bangsa yang besar, Indonesia perlu tokoh-tokoh yang memiliki jiwa dan pikiran seperti Muhammad Natsir, yaitu tokoh yang akan menghasilkan konsepsi yang besar untuk menjaga keutuhan negara ini.
“Muhammad Natsir merupakan seorang tokoh politik yang cerdas, santun dan elegan, pandai berkomunikasi dan jago lobi dalam urusan-urusan kebangsaan, seperti upayanya dalam menyukseskan Mosi Integral di Parlemen RIS tersebut. Mosi ini disusun dengan rapi, penuh perhitungan dan strategi,” ungkapnya.
Habib Salim juga mengingatkan bahwa Muhammad Natsir sebagai sosok yang berasal dari Partai Islam Masyumi, ia adalah seorang nasionalis sejati sekaligus menegaskan bahwa tidak ada dikotomi bahkan tidak ada jarak antara agama dan nasionalisme. Baginya menjadi nasionalis berarti harus agamis. Sebaliknya, menjadi agamis berarti harus nasionalis.
“Pada kondisi saat ini, dengan tantangan yang semakin kompleks, kita butuh pemimpin yang negarawan, yang taat konstitusi dan Pancasila yang aktif membangun kohesi sosial, aktif melakukan transformasi dan kolaborasi dengan seluruh elemen bangsa, memiliki rasa empati dan kepedulian serta terus menggalang solidatitas sosial nasional, seperti Muhammad Natsir,” ucap Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi dan Oman pada 2005-2009 ini.
Sebagai penutup, Habib Salim juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam acara ini, kepada seluruh narasumber dan seluruh peserta. Ia berharap dengan adanya acara ini dapat menjadi pengingat bagi kita tentang hakikat dan makna perjuangan, sehingga kita mampu meneladani dan melanjutkan estafet perjuangan mereka. (MUS-MNC Trijaya)