Amerika kembali berduka pasca insiden penembakan massal terbaru, di mana seorang remaja bersenjata menyerang sebuah sekolah dasar di barat daya negara bagian Texas, menewaskan sedikitnya 19 siswa dan dua guru. Salah satu penembakan massal di sekolah yang paling banyak menelan korban jiwa.
UVALDE, TEXAS — Belasungkawa datang dari berbagai penjuru dunia. Sementara warga Amerika mendesak diloloskannya undang-undang pengendalian kepemilikan senjata api yang lebih keras.
Insiden penembakan massal kali ini mengguncang kota Uvalde, di barat daya Texas, di mana pihak berwenang mengatakan seorang remaja berusia 18 tahun menembak neneknya di rumah mereka, kemudian menabrakkan mobil dan memasuki sebuah sekolah dasar untuk melakukan penembakan membabibuta sebelum akhirnya dihentikan oleh aparat keamanan.
Seorang pejabat penegak hukum mengatakan pada CNN, seluruh korban adalah murid kelas empat yang berada di satu kelas di Robb Elementary School.
Presiden Joe Biden, dalam sebuah pidato yang emosional di Gedung Putih Selasa (24/5) malam, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban sambil mempertanyakan mengapa penembakan massal merupakan hal yang biasa terjadi di Amerika.
Presiden AS Joe Biden, didampingi ibu negara Jill Biden (kiri), menyampaikan pidato yang emosional di Gedung Putih Selasa (24/5) malam.
“Saya baru saja kembali dari lawatan ke Asia untuk bertemu dengan bebeapa pemimpin Asia. Saya mengetahui tentang insiden penembakan ini ketika masih berada di pesawat. Yang mengejutkan saya adalah mengapa penembakan massal jarang terjadi di negara-negara lain? Mengapa? Mereka juga punya masalah kesehatan jiwa. Mereka juga punya isu-isu di dalam negeri. Mereka juga memiliki warga yang bermasalah. Tetapi penembakan massal tidak pernah terjadi dengan tingkat frekuensi sebagaimana yang terjadi di Amerika. Mengapa?,” ujar Biden.
Pemimpin Dunia Sampaikan Belasungkawa
Sejumlah pemimpin negara dan tokoh dunia menyampaikan duka cita pada keluarga korban penembakan di Texas, antara lain Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
“Saya ingin menggemakan apa yang baru saja disampaikan tentang laporan penembakan fatal di sebuah sekolah dasar di Texas. Kami ikut berbelasungkawa pada mereka yang terdampak serangan mengerikan ini,” ujar Johnson.
Gustavo Garcia-Siller, Uskup Agung Keuskupan Agung San Antonio, menghibur orang-orang setelah penembakan di Sekolah Dasar Robb, Uvalde, Texas, AS, 24 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Marco Bello)
“Saya ingin menyampaikan belasungkawa pada seluruh keluarga dan teman anak-anak yang tewas dalam serangan mengerikan di sebuah sekolah dasar di Texas, Amerika… Pembunuhan anak-anak yang tidak berdosa ini terjadi di masa yang benar-benar damai. Jika saya bisa berpendapat, ini berarti perang terjadi di mana-mana. Dalam masyarakat kita dan di dunia secara keseluruhan,” kata Zelensky.
Paus Fransiskus secara khusus membisikkan doa dalam misa di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.
“Saya patah hati dengan pembantaian di sekolah dasar di Texas. Saya berdoa untuk anak-anak dan orang dewasa yang terbunuh dan untuk keluarga mereka,” kata Paus.
Dalam pidato Selasa malam, Presiden Joe Biden kembali mendesak para anggota Kongres untuk mendukung apa yang disebutnya sebagai “undang-undang (kepemilikan senjata api) yang masuk akal.”
“Saya lelah dan muak. Kita harus bertindak. Mengapa kita bisa hidup dalam pembantaian ini? Mengapa kita membiarkan ini terjadi? Demi Tuhan, di mana nyali kita? Demi Tuhan, mengapa kita tidak berdiri melawan pelobi senjata api?,” tandas Biden.
Aturan Hukum Soal Kepemilikan Senjata Api di AS
Belum jelas apakah pembunuhan massal terbaru ini akan mengubah pandangan anggota faksi Republik di Senat yang sebelumnya telah memblokir beberapa aturan hukum untuk membatasi kepemilikan senjata api di Amerika. Diperlukan sedikitnya 10 anggota Senat dari faksi Republik untuk bergabung dengan 50 anggota faksi Demokrat, mendukung undang-undang pengendalian senjata api yang lebih ketat.
Pemimpin minoritas Senat dari faksi Republik Mitch McConnell memang menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan mengecam penembakan tersebut, tetapi tidak lebih dari itu.
“Ini benar-benar memuakkan. Memuakkan mengingat kehidupan anak-anak tidak berdosa dicuri oleh kebrutalan yang tidak masuk akal ini,” tukasnya.
Pernyataan itu langsung dikritisi pemimpin mayoritas Senat dari faksi Demokrat, Chuck Schummer, yang meminta mitra-mitranya dari Partai Republik untuk mengesampingkan lobby organisasi dan perusahaan senjata api dan bersedia berkompromi untuk mencapai aturan pengendalian senjata api yang lebih ketat.
“Masalah di Senat sederhana. Terlalu banyak anggota di sisi lain (Partai Republik.red) yang tidak melihat penderitaan rakyat Amerika. Terlalu banyak anggota di sana yang lebih peduli pada NRA (National Riffle Association, red.) dibanding keluarga yang berduka karena menjadi korban kekerasan. Sebagaimana yang telah saya sampaikan, warga Amerika lelah dan muak dengan penembakan massal. Mereka lelah dan muak dengan peringatan soal keberadaan penembaka aktif. Mereka lelah dan muak melihat anak-anak mereka yang berusia 9, 10 dan 11 tahun, ditembak di sekolah.”
Kompromi Legislatif Tak Pernah Tercapai
Sebagian anggota Kongres pernah berupaya mencapai kompromi legislatif yang mensyaratkan pemeriksaan latar belakang lebih lanjut dari pembeli senjata api, memperpanjang kerangka waktu untuk pemeriksaan tersebut, dan melarang penjualan senjata api lewat internet. Pada tahun 1994-2004 Amerika telah melarang penjualan senjata serbu yang kerap digunakan dalam penembakan massal, dan menurut polisi juga digunakan oleh penembak hari Selasa. Kongres gagal memperbarui undang-undang ini.
Upaya legislatif untuk memperketat undang-undang kepemilikan senjata api telah ditentang keras oleh para pelobi bagi produsen senjata api dan anggota-anggota parlemen pendukung kepemilikan senjata api, dengan alasan hal ini merupakan hak warga yang dijamin oleh Konstitusi Amerika.
Insiden penembakan di Robb Elementary School hari Selasa adalah yang paling banyak menelan korban jiwa di Texas, dan salah satu yang paling banyak menelan korban jiwa di Amerika setelah serangan di Sandy Hook Elementary School di Newtown, Connecticut yang menewaskan 26 orang, termasuk 20 siswa.
NRA Akan Gelar Konvensi Nasional di Texas Hari Jumat
Gubernur Negara Bagian Texas Greg Abbott mengidentifikasi penembak sebagai Salvador Ramos yang juga bersekolah di kota Uvalde. Kantor-kantor media mengutip aparat penegak hukum yang mengatakan Ramos membeli dua senjata serbu dan 375 amunisi setelah ulang tahun yang ke 18 beberapa minggu lalu. Ia memasang foto-foto senjata yang dibelinya itu di media sosial. Abbott dan istrinya Cecilia menyampaikan “belasungkawa dan menyerukan kepada seluruh warga Texas untuk menunjukkan dukungan kuat pada mereka yang menderita.”
Sentimen serupa disampaikan anggota faksi Republik dari negara bagian Texas, Ted Cruz.
Abbott dan Cruz adalah sebagian tokoh Partai Republik, termasuk mantan presiden Donald Trump, yang dijadwalkan hadir dalam konvensi nasional National Riffle Association NRA Jumat nanti (27/5). [em/jm/VOA Indonesia]