Depok- “Sebagai presidensi G20, Indonesia harus dapat memainkan peran di dunia untuk kebangkitan ekonomi ke depan. Tak hanya itu, Indonesia juga harus outward looking, yaitu memperluas networking dengan dunia industri dan internasional,” kata Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Bidang Marves) dalam Minister Talk: “Bangkit Bersama, Bangkit Lebih Kuat: Indonesia Menyongsong Pascapandemi Covid-19” di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok (12/4).
Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro SE, MA, Ph.D bersama para wakil rektor, para dekan dan wakil dekan, turut hadir pada acara tersebut. Selain itu kegiatan ini diikuti juga oleh para mahasiswa peserta matakuliah pengembangan kepribadian terintegrasi. Dalam pemaparannya, Luhut mengatakan bahwa masa depan republik ini berada di era peserta mata kuliah pengembangan kepribadian terintegrasi tersebut.
“Anda sebagai seorang pemimpin harus cepat membuat keputusan dengan mendengarkan pendapat di sekelilingmu. Jangan pernah malu untuk mengakui kamu dibantu orang lain. Karena karena kalau bekerja sendiri, tidak akan menyelesaikan masalah. Kita harus berpikir bahwa kita bekerja dalam team work dan leadership yang baik,” ujar Luhut berbagi pengalaman.
“Kunci dari leadership bagi Anda dan kita semua adalah ketauladanan. Memberikan contoh tauladan kepada kanan-kirinya. Saya di akademi militer belajar tiga hal, yaitu Tanggap-Tanggon- Trengginas,” kata Luhut.
Ia melanjutkan, tanggap adalah kecerdasan yang tetap dipelihara terus, tanggon merupakan karakter, jiwa, spirit, sedangkan trengginas itu sehat.
“Itu yang saya pelihara dalam hidup bahwa karakter itu penting, sesuai dengan kata perbuatan kita. Saya titip persatuan dan kesatuan menjadi kunci kalau mau Indonesia maju, kita harus kompak,” ujarnya.
Ia juga membahas dampak pandemi Covid-19, penanganan, serta upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam memulihkan ekonomi nasional. Menurutnya, pandemi membawa dampak besar terhadap perekonomian negara dunia. Masih banyak negara yang level PDB-nya belum kembali ke tingkat sebelum pandemi namun posisi Indonesia saat ini sudah kembali (rebound).
“Pandemi belum berakhir, tetapi dunia dihadapkan pada tantangan baru, yakni invasi Rusia ke Ukraina. Yang menjadi lebih penting adalah pertama kali Amerika Serikat menghadapi satu negara yang memiliki nuclear power terbesar di dunia, yaitu Rusia. Menanggapi masalah ini, Indonesia harus cermat bernavigasi sebagai Presidensi G20 berdasarkan UUD 1945,” ungkap koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Jawa-Bali dalam penangan Covid-19.
Dalam materi yang disampaikan, Luhut mengatakan United Nations memperkirakan perang Rusia- Ukraina akan menambah 7,6 -13,1 juta orang kelaparan di seluruh dunia, dan Indonesia tidak
termasuk dalam kategori tersebut. Rusia dan Ukraina berperan penting terhadap ekspor komoditas energi, pangan, dan logam dunia yang menyebabkan kenaikan harga komoditas. Oleh karena itu, Indonesia harus kuat dalam produksi dalam negeri. Perang Rusia-Ukraina memicu kenaikan inflasi di berbagai negara, terutama didorong oleh meningkatnya harga energi dan pangan. Kenaikan harga minyak, gandum, dan jagung meningkatkan nilai kebutuhan impor dari negara-negara seperti Mesir, Pakistan, Srilanka, dan Tunisia.
“Pascapandemi, tantangan juga akan muncul dalam hal perubahan berbagai aspek sosial ekonomi dan teknologi. Di antaranya perubahan sistem kesehatan, akselerasi otomasi dan digitalisasi, peningkatan peran Artificial Intelligence (AI) & Big Data, perubahan Global Value Chain, peningkatan tren telework, dan green recovery menghadapi tantangan climate change,” ujar tokoh terdepan dalam penangan Covid-19 di Indonesia sebagai pemimpin Komite Penangan Covid 19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, mampu dikendalikan dengan tetap menjaga kondisi ekonomi. Dalam waktu kurang dari 3 bulan, kasus harian telah menurun tajam. BOR Rumah Sakit pada tingkat yang rendah, yaitu sebesar 4%, positivity rate di bawah standar WHO, yakni 1,2%. Vaksinasi sudah mencapai tingkat yang tinggi. Jumlah penduduk yang divaksinasi, Indonesia berada di peringkat 4 dunia dengan rincian dosis pertama 95%, dosis kedua 78%, dan dosis ketiga 13%.
“Semua persyaratan WHO dipenuhi, karena team work dan leadership yang baik. Sebagai pemimpin, harus turun ke lapangan, tidak hanya bicara saja, tapi execute,” kata Luhut yang juga sedang menginisiasi transformasi perkembangan hilirisasi industri Indonesia di Indonesia bagian Timur. Ia memberikan gambaran bahwa ekonomi nasional mampu dipulihkan dengan cepat. Ekonomi kembali tumbuh di atas 5%, realisasi investasi mampu tumbuh double digit Penanaman Modal Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri sebesar 12,5%, serta tingkat kemiskinan dan pengangguran menurun. Selain itu, mobilitas keluar rumah dan belanja masyarakat meningkat dan tertinggi sejak pandemi.
Di akhir pemaparannya, Luhut menyampaikan bahwa dalam mengatasi pandemi Covid-19, Indonesia telah menunjukkan dapat menyelesaikan masalah dengan cukup baik. Dalam delapan tahun terakhir, Indonesia telah mentransformasi ekonomi menjadi lebih efisien, maju, dan tidak bergantung pada komoditas. Luhut berharap Indonesia harus terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi termasuk pengembangan sumber daya manusia dan R&D untuk mendorong inovasi serta Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan pascapandemi untuk mencapai visi menjadi negara maju pada tahun 2045.
Rektor UI Prof. Ari Kuncoro dalam pidato sambutan sekaligus membuka kuliah tersebut, mengatakan selama pandemi UI telah melahirkan banyak inovasi untuk membantu pemerintah menanggulangi pandemi dan memutus mata rantai penularan virus. UI juga mendukung upaya pemerintah melalui program vaksinasi di Rumah Sakit UI dan Klinik Satelit dengan menyasar dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan masyarakat sekitar.
“Bersamaan dengan ikhtiar menyongsong pascapandemi, Indonesia saat ini memegang posisi strategis dalam G20, yang merupakan kerja sama ekonomi multilateral yang berisi 19 negara dengan ekonomi terbesar di dunia plus uni eropa. Dalam kesempatan ini kita akan menyimak evaluasi, strategi, pencapaian, dan action plan pemerintah dalam menangani Covid-19 serta bagaimana mengoptimalkan Presidensi G20 Indonesia untuk kepentingan nasional pascapandemi. Semoga kegiatan ini membawa manfaat dalam menyambut Presidensi G20 Indonesia serta menjadi masukan dalam pengembangan pengetahuan di UI. Berharap melalui sumbangsih dan aspirasi sivitas akademika UI dapat ditangkap dan diartikulasikan,” tandasnya. (AKM-MNC Trijaya)