Membuka MTQ ke-46 Kabupaten Kolaka, Wagub Tegaskan; MTQ Bukan Prestasi Semata, Tetapi Memperkokoh Relijiusitas Masyarakat

0

Kolaka – Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Tenggara (Sultra) Lukman Abunawas menegaskan, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) bukan hanya sebagai ajang meraih prestasi semata, tetapi juga bertujuan untuk memperkokoh relijiusitas masyarakat.

Hal itu dikemukakan Wagub saat membuka MTQ ke-46 Kabupaten Kolaka di aula kantor Kecamatan Baula, Kolaka, Sabtu (12/2/2022) malam.

Hadir dalam pembukaan tersebut antara lain Wakil Bupati Kolaka Muhammad Jayadi, Ketua DPRD Kolaka, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sultra, Ketua Pengadilan Agama dan Ketua Pengadilan Negeri Kolaka. Selain itu, tmapakj sejumlah pimpinan OPD lingkup Pemkab Kolaka, tokoh agama, masyrakat, pemuda, dan para kafilah.

Wagub menyatakan, Kabupaten Kolaka dinilai telah mampu membangun sistem pembinaan seni baca Al Qur’an yang baik. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan musabaqah seyogyanya dapat dimaknai secara lebih komprehensif.

“Even MTQ tidak hanya terkait dakwah dan syiar keagamaan saja, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan seluruh unsur dan lapisan masyarakat,” kata Wagub.

Musabaqah sebagai salah satu kegiatan rutin keagamaan pemerintah baik pada tingkat regional maupun nasional, telah menjadi bagian dari khazanah budaya masyarakat dan bangsa.

Kegiatan musabaqah sebagai salah satu media dakwah dan syiar keagamaan tidaklah terlepas dari dimensi sosial yang menyertainya dan terbukti telah mampu membangun serta merekatkan ikatan kebersamaan dan persaudaraan.

“Saya yakin Kabupaten Kolaka mampu dan amanah untuk istiqamah terhadap kebijakan terkait rekruitmen peserta MTQ yang telah menjadi komitmen kita bersama,” kata Wagub.

Sementara itu, Wabup Kolaka Muhammad Jayadin dalam sambutannya mengatakan, pelaksanaan MTQ ini merupakan sarana untuk mensyiarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an kepada masyarakat baik tekstual maupun kontekstual.

Kedua, masyarakat Kolaka semakin akrab dan dekat dengan Al Qur’an. Ketiga, sebagai sebagai ajang silturrahmi sesama untuk meminimalisir konflik-konflik suku dan isu kedaerahan lainnya.

Keempat, barometer untuk mengukur kompetensi santri, pesantren, dan lembaga tahfidz dan dikompetisikan secara berjenjang.

Kelima, wadah dalam mengekspresikan serta menyalurkan bakat dan talenta dalam jiwa generasi muda Kolaka sebagai penangkal budaya asing. (Diskominfo Sultra)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here