Jakarta – Menanggapi diluncurkannya produk minyak goreng ekonomis bermerek Minyakkita oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag), Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, minta Pemerintah konsisten.
Mulyanto berharap program ini dapat terus berjalan secara konsisten dan bukan sekedar pencitraan untuk menyenangkan masyarakat sesaat.
“Kemendag harus konsisten dengan harga migor Minyakita yang Rp14.000 per liter ini. Jangan belum apa-apa kelak sudah dinaikkan di atas HET (harga eceran tertinggi),” kata Mulyanto.
Wakil Ketua FPKS DPR RI ini pesimis Kemendag mampu menjaga harga migor MinyakKita ini tetap stabil. Karena pengalaman sebelumnya menunjukkan demikian.
“Program MinyakKita ini kan sudah ada sejak lama. Bukan program baru yang ujug-ujug digagas Mendag Zulhas. Namun migor merek ini kemudian hilang tak terdengar di pasaran. Ditengarai penyebabnya, karena kurang mampu bersaing dan diterima masyarakat. Kini dimunculkan kembali dengan harga sesuai HET,” ungkap Pak Mul.
Mulyanto pesimis migor Minyakkita ini dapat bertahan dengan harga sesuai HET, karena dibandingkan dengan harga migor curah tentunya biaya pokok produksi migor Minyakkita, termasuk pengemasannya diperkirakan lebih mahal dari migor curah. Biaya pengemasannya saja bisa lebih dari Rp. 750,- per buah.
Karenanya Pemerintah wajib konsisten bila ingin mendorong migor kemasan sederhana ini. Sekarang adalah momentum yang tepat, karena harga CPO dunia sedang merosot dan bahan baku migor tersedia secara berlimpah.
Untuk diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) secara resmi telah meluncurkan minyak goreng kemasan merek Minyakita yang dijual dengan harga Rp14.000 per liter pada Rabu (6/7/2022).
Mendag Zulkifli Hasan dalam peresmiannya mengungkapkan bahwa kehadiran Minyakita itu untuk memudahkan masyarakat mendapatkan stok minyak goreng. Zulhas menyampaikan bahwa dalam persoalan minyak goreng, pihak pengusaha maupun pemerintah menyadari rantai distribusi perlu minyak goreng curah perlu diperbaiki.
Untuk itu, dengan hadirnya Minyakita, Zulhas berharap agar pendistribusian minyak goreng dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) dapat lebih lancar, melalui rantai distribusi seperti Si Gurih, dan Warung Pangan.
Menurut Zulhas, bagi masyarakat yang berada di Indonesia Timur, yakni Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua, di mana pendistribusian minyak goreng curah terkendala logistik, akan teratasi dengan minyak goreng kemasan sederhana yang baru diluncurkan. (AKM-MNC Trijaya)