Pengemudi di seluruh dunia mungkin harus mengurut dada saat menghadapi harga BBM yang terus membumbung tinggi, dan diikuti melonjaknya biaya-biaya lain yang menggunakan BBM dalam kegiatan produksinya.
Harga BBM sebetulnya sudah mulai merangkak naik sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Namun sejak pertengahan Maret, biaya BBM meroket, sementara harga minyak mentah hanya naik sedikit. Sebagian besar alasannya adalah kurangnya kapasitas kilang yang memadai untuk memproses minyak mentah menjadi bensin dan solar untuk memenuhi permintaan global yang tinggi.
Berapa Produksi Harian Kilang Dunia?
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan secara keseluruhan dunia memiliki kapasitas kilang yang cukup untuk mengolah sekitar 100 juta barel minyak per hari. Namun, sekitar 20 persen dari kapasitas itu tidak dapat digunakan. Sebagian besar dari kapasitas yang tidak dapat digunakan itu ada di Amerika Latin dan tempat-tempat lain yang kekurangan investasi sehingga menyisakan sekitar 82-83 juta barel per hari dalam kapasitas yang diproyeksikan.
Berapa Kilang yang Ditutup?
Industri pengilangan memperkirakan dunia kehilangan total 3,3 juta barel kapasitas penyulingan harian sejak awal 2020. Sekitar sepertiga dari kerugian ini terjadi di Amerika Serikat (AS), dengan sisanya di Rusia, China, dan Eropa. Permintaan BBM turun di awal pandemi ketika adanya lockdown akibat COVID dan menjamurnya sistem pekerjaan jarak jauh. Sebelum itu, kapasitas kilang tidak pernah menurun setidaknya dalam tiga dekade.
Kapan Kapasitas Kilang Naik?
Kapasitas penyulingan global akan meningkat sebesar 1 juta barel per hari pada 2022 dan 1,6 juta barel per hari pada 2023.
Berapa Besar Penurunan Kapasitas Kilang Dibandingkan Sebelum Pandemi?
Pada April, sebanyak 78 juta barel minyak mentah diproses setiap hari, turun tajam dari rata-rata pra-pandemi sebesar 82,1 juta barel per hari. IEA mengharapkan bisnis kilang akan kembali membaik selama musim panas menjadi 81,9 juta barel per hari karena kilang-kilang China kembali beroperasi.
Kilang Mana yang Tidak Berproduksi?
AS, China, Rusia, dan Eropa semuanya mengoperasikan kilang dengan kapasitas lebih rendah daripada sebelum pandemi. Industri pengilangan AS menghentikan produksi hampir satu juta barel per hari sejak 2019 karena berbagai alasan.
Hampir 30 persen dari kapasitas penyulingan Rusia menganggur pada bulan Mei, sumber mengatakan kepada Reuters. Banyak negara Barat menolak BBM Rusia.
China memiliki kapasitas penyulingan cadangan paling banyak, ekspor produk olahan hanya diperbolehkan di bawah kuota resmi, terutama diberikan kepada perusahaan kilang milik negara yang besar dan bukan kepada perusahaan swasta yang lebih kecil yang memiliki sebagian besar kapasitas cadangan China.
Pada minggu lalu, tingkat pengoperasian di kilang yang didukung negara China rata-rata sekitar 71,3 persen dan kilang swasta sekitar 65,5 persen. Angka itu naik daripada awal tahun, tetapi rendah menurut standar historis.
Apalagi yang Berkontribusi terhadap Kenaikan BBM?
Biaya transportasi untuk membawa produk dengan kapal ke luar negeri telah meningkat karena permintaan global yang tinggi, serta adanya sanksi terhadap kapal Rusia. Di Eropa, kilang dibatasi oleh harga gas alam yang tinggi, yang menggerakkan operasi mereka.
Beberapa kilang juga bergantung pada solar sebagai bahan bakar perantara. Hilangnya solar Rusia telah mencegah kilang tertentu untuk memulai kembali unit yang memproduksi bensin tertentu.
Siapa yang Diuntungkan dalam Situasi Ini?
Pemain kilang, terutama yang mengekspor banyak bahan bakar ke negara lain, seperti penyuling AS. Kekurangan BBM global telah mendorong margin kilang ke level tertinggi dalam sejarah, dengan celah kunci 3-2-1 menyebar mendekati $60 per barel. Itu telah mendorong keuntungan besar bagi perusahaan kilang Valero yang berbasis di AS dan Reliance Industries yang berbasis di India.
India, yang memproses lebih dari 5 juta barel minyak mentah per hari, menurut IEA, telah mengimpor minyak mentah Rusia yang murah untuk keperluan domestik dan ekspor. IEA memperkirakan hal itu akan meningkatkan produksi sebesar 450.000 pada akhir tahun.
Lebih banyak kapasitas kilang yang dijadwalkan untuk beroperasi di Timur Tengah dan Asia untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. [ah/rs/Reuters/VOA Indonesia]