Presiden Jokowi menginstruksikan jajarannya untuk segera melakukan evaluasi level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) seiring dengan melonjaknya kasus varian omicon di Tanah Air. Apalagi, katanya, pemerintah telah memperkirakan bahwa kasus tersebut masih akan meroket pada Februari dan Maret.
“Saya juga telah memerintahkan Menko Marinves selaku koordinator PPKM Jawa dan Bali, serta Menko Perekonomian selaku koordinator PPKM luar Jawa dan Bali untuk segera mengevaluasi level PPKM. Saya minta kepada gubernur, bupati, wali kota dan jajaran pemerintah daerah dibantu jajaran TNI/Polri untuk memastikan penerapan protokol kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat , dan vaksinasi terus dijalankan dan dipercepat,” ungkap Jokowi dalam telekonferensi pers, Kamis (3/2).
Meski demikian, Jokowi memastikan pemerintah telah melakukan antisipasi dengan baik, mulai dari persiapan rumah sakit, obat-obatan, oksigen, tes beserta isolasi maupun tenaga kesehatan.
Kepala Negara menjelaskan, meskipun tingkat penularan omicron sangat tinggi, tetapi tingkat fatalitas cenderung lebih rendah dibandingkan dengan varian delta. Hal ini, katanya, terlihat di beberapa negara di mana tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) bagi pasien COVID-19 sampai detik ini relatif rendah, termasuk di Indonesia.
“Perlu saya sampaikan bahwa varian omicron dapat disembuhkan tanpa harus ke rumah sakit, pasien yang terpapar varian ini cukup melakukan isolasi mandiri di rumah, minum obat, dan multi vitamin, dan segera tes kembali setelah lima hari,” jelasnya.
Maka dari itu, Jokowi mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi situasi ledakan kasus COVID-19 selama beberapa pekan ke depan. Menurutnya, dalam menghadapi varian baru COVID-19 ini, masyarakat tetap harus disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, dan segera divaksin bagi yang belum lengkap dan segera lakukan vaksin penguat atau booster bagi yang sudah waktunya.
Perbedaan Level Imunitas
Senada dengan Jokowi, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengungkapkan memang harus ada evaluasi level PPKM dalam menghadapi varian omicron tersebut.
Menurutnya, hal ini penting untuk dilakukan mengingat level imunitas, kondisi dan tantangan setiap daerah berbeda-beda.
“PPKM ini harus dimodifikasi sesuai perkembangan atau dinamika terakhir, khususnya omicron yang berbeda dengan delta. Hal ini karena landscape dari imunitas masyarakat berbeda, sehingga tidak bisa seketat atau sekaku dulu waktu delta. Misalnya PTM 100 persen hanya bisa dilakukan kalau di level 2,” kata Dicky kepada VOA.
Namun, lanjutnya, tidak semua daerah kondisinya sama, baik itu level imunitas maupun tantangan atau kondisi dalam artian perkembangan kasus, atau ancaman.
Khusus untuk DKI Jakarta, Dicky pun mengusulkan agar kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) kembali dilakukan secara daring 100 persen. Ibu Kota, menurutnya, adalah battle ground Indonesia karena cukup memberikan kontribusi signifikan secara nasional. Apalagi masih banyak anak usia 6-11 tahun yang belum divaksinasi, sementara anak usia di bawah 6 tahun juga sangat rawan karena belum boleh divaksinasi. Meskipun tingkat keparahan omicron lebih rendah dibandingkan delta, kata Dicky, varian tersebut dapat berakibat fatal jika menyerang kelompok rentan, termasuk anak-anak. [gi/ah]
Sumber: Ghita Intan/VOA Indonesia