Jakarta – Semakkn banyak lembaga survei yang merilis hasil survei terkait tokoh-tokoh untuk pemilihan presiden 2024. Hasil survei sejumlah lembaga nyaris ada perbedaan dari elektabilitas masing-masing tokoh yang sangat mencolok.
Pengamat politik Karyono Wibowo mengatakan tidak heran dengan menjamurnya lembaga survei akhir-akhir ini. Sebab, ini sudah memasuki musim pemilihan umum, di mana setiap musim pemilu selalu muncul lembaga survei dadakan.
“Hal ini disebabkan karena semakin terbukanya kebebasan berpendapat yang memberikan ruang bagi siapa saja untuk melakukan survei,” ujar Karyono, Jakarta, Kamis (17/3).
Namun, dirinya menyayangkan terjadinya karut marut hasil survei belakangan ini, yang menurutnya disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kata dia, terjadinya simbiosis mutualisme antara aktor-aktor politik dengan lembaga survei yang saling menguntungkan.
Kedua, iklim kompetisi politik yang semakin terbuka (liberal) menciptakan peluang industri baru lembaga survei yang juga saling berkompetisi.
“Kemudian yang ketiga, adanya keyakinan aktor politik bahwa hasil survei bisa mempengaruhi opini publik dan preferensi pemilih,” papar Karyono yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI)
Karyono menegaskan, hasil survei perilaku pemilih membuktikan bahwa hasil survei elektabilitas yang dipublikasikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pilihan masyarakat terhadap kandidat.
“Justru yang berpengaruh signifikan yakni faktor kebribadian (personality), rekam jejak positif, success story, kapabilitas, kompetensi, dan lain sebagainya,” pungkasnya. (AKM-MNC Trijaya)