Equatorial Guinea Konfirmasi Wabah Virus Marburg

0
Gambar dari virion Marburg yang bercabang. Pihak berwenang di Equatorial Guinea mengonfirmasi akan wabah Marburg pertama di negara tersebut. (Foto: U.S. Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image Library)

Equatorial Guinea mengumumkan wabah pertama dari virus Marburg, sebuah penyakit yang sangat menular yang mirip dengan Ebola, ungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan pada Senin (13/2).

Negara kecil di wilayah Afrika tengah itu, yang dihuni sekitar 1,6 juta penduduk, melaporkan sembilan kematian dan 16 kasus terduga lainnya setelah sebuah sample yang dikirim ke laboratorium di Senegal pada 7 Februari lalu menunjukkan hasil positif akan infeksi virus tersebut.

Menteri Kesehatan Equatorial Guinea Ondo’o Ayekaba mengatakan kepada wartawan bahwa peringatan kesehatan telah diumumkan di provinsi Kie-Ntem dan distrik Mongomo, setelah berkonsultasi dengan pihak WHO dan PBB, lapor kantor berita AFP.

Sembilan kematian yang tercatat terjadi pada periode 7 Januari hingga 7 Februari, kata Ayekaba.

Virus Marburg memiliki tingkat kematian mencapai 88 persen dan dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi, ujar WHO. Penyakit itu berasal dari keluarga yang sama dengan virus Ebola. Gejala infeksi meliputi demam tinggi, sakit kepala yang parah, dan sejumlah pasien yang terinfeksi diketahui mengalami pendarahan dalam tujuh hari setelah terinfeksi.

WHO mengatakan sejumlah pejabat telah ditugaskan untuk menuju negara tersebut untuk “melacak kontak, mengkarantina dan memberikan bantuan medis kepada orang-orang yang menunjukkan gejala penyakit tersebut.”

“Marburg sangat menular. Karena tanggapan yang cepat yang dikeluarkan oleh pemerintah Equatorial Guinea dalam mengonfirmasi penyakit itu, respons darurat dapat dilakukan dengan segera sehingga kami bisa menyelamatkan banyak nyawa dan mencegah virus tersebut berkembang sesegera mungkin,” ujar Dr. Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk wilayah Afrika.

WHO mengatakan saat ini tidak ada vaksin atau pengobatan antiviral yang tersedia untuk virus tersebut. Namun, terapi rehidrasi oral dan pengobatan terhadap gejala tertentu dapat meningkatkan kesempatan bagi pasien yang terinfeksi untuk sembuh. [rs/VOA Indonesia]

Beberapa materi dalam laporan ini diambil dari The Associated Press dan Agence France-Presse.

VOA Indonesia 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here