MNC Trijaya Kendari, Konawe – Diprediksi pada tahun 2045, Indonesia akan menjadi satu dari lima besar kekuatan ekonomi dunia. Hal ini tentu saja hanya akan menjadi angan apabila proses pembangunan bangsa dan negara terhambat. Dibutuhkan keharmonisan antara pembangunan dengan aspek lainnya, terutama aspek agama.
Agama merupakan salah satu aspek yang tidak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Untuk mewujudkan Indonesia emas 2045, moderasi beragama diperlukan guna menjaga keharmonisan antara hak beragama dan kewajiban berbangsa dan bernegara.
Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa saat peresmian Pendopo Moderasi Beragama di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe mengatakan, Moderasi dalam beragama harus diperkuat demi meningkatkan kerukunan dan persatuan. Rendahnya sikap yang moderat ini terjadi lantaran ada fanatisme berlebihan dalam beragama.
Menurut Bupati, perbedaan paham ini menjadikan bibit-bibit radikalisme.
“Saya yakin kita semua disini sepakat menentang radikalisme. Bibit-bibit radikalisme dimulai dari fanatisme berlebihan dalam beragama,” kata Kery, Senin (30/5/2022) lalu.
Untuk itu kata Kery, dibutuhkan peran semua pihak terutama tokoh-tokoh agama dari seluruh agama yang ada di Kabupaten Konawe dalam mengatasi masalah ini dan membumikan agama menjadi lebih moderat.
“Agama merupakan tiang utama keutuhan NKRI. Kemajuan suatu daerah tidak lepas dari peran seluruh elemen masyarakat dalam mewujudkan kerukunan.” terangnya.
Ditempat yang sama, Kakanwil Kemenag Sultra, Zainal Mustamin, mengatakan Moderasi Beragama adalah memoderasikan cara berpikir dan bertindak terkait pemahaman kita dalam ajaran agama dan kehidupan keberagamaan.
Ia mengaku, jajaranya berkomitmen untuk membumikan Moderasi beragama di Sultra yang dilakukan melalui strategi Gerakan Kemenag Sultra Bersahabat (Bersih, Religius, Santun, Harmonis, Berbasis Teknologi) dengan menerapkannya hingga ke struktur paling bawah, dan ini merupakan bentuk respon terhadap program prioritas Kemenag.
“Kita ingin membawa energi besar kita untuk hal-hal yang kontributif dan produktif. Mengurangi energi yang tidak produktif dan potensi perpecahan yang terjadi. Merawat sikap keberagamaan sehingga menjadi bagian dari provinsi yang bisa mengeksplor potensi moderasi beragama tidak hanya di Indonesia, namun didunia,” ungkapnya.
Kakanwil juga menegaskan, jika yang moderasikan bukan agamanya, karena agama ini sudah moderat. Tapi yang dimoderasikan atau dijalantengahkan itu adalah cara berpikir, cara bertindak dan cara berperilaku supaya tidak terlalu ekstrim.
“Jika terlalu ekstrim, itu berbahaya. Kita bukan syetan yang penuh dengan intrik dan godaan namun kita juga bukan malaikat. Kita ada di tengah-tengah diantara malaikat dan syetan yang mungkin bisa salah dan mungkin juga bisa benar. Jadi, kita diciptakan sudah moderat. Maka, siapa yang tidak moderat, sesungguhnya dia sedang mengingkari penciptaannya dari Tuhan,” tutur Kakanwil.
Maka, Kakanwil menganggap, pendidikan yang tidak menghasilkan insan yang moderat adalah salah satu ciri dari pendidikan yang gagal. Sebaliknya, pendidikan harus menghasilkan orang-orang yang punya pikiran jalan tengah yang tidak mudah emosi terus-menerus.
“Hasil peradaban yang dibangun oleh pak Bupati, investasi yang luar biasa berkembang ini akan hancur oleh orang-orang yang pikirannya ekstrim, tidak moderat. Karena itu, pendidikan kita harus membentuk insan-insan yang moderat, agar hasil-hasil pembangunan bisa terawat, bangsa bisa terjaga dan agama bisa terpelihara,” katanya.
“Tidak adalagi pertentangan antara agama dan negara. Dan, hasil-hasil pembangunan itu oleh para tokoh agama dengan nada yang ekstrim dan memprovokasi rumah-rumah ibadah akan menjadi kebencian dan akan mudah tergerak sebagai kekuatan yang menghancurkan. Ini bisa diblow up oleh bangsa-bangsa besar yang menginginkan kita pecah,” terangnya.
Lebih jauh Kakanwil menyebut jika investasi harus didukung oleh orang-orang yang moderat.
“Kementerian Agama bekerja untuk itu, membantu pak Bupati menghasilkan orang yang berpikiran moderat agar bisa merawat pembangunan, peradaban, monumen dan bisa menjaga daerah, menjaga bangsa dan menjaga agama. Untuk itu Pendopo Moderasi Beragama ini sebagai cikal bakal kita hadirkan untuk memperkuat ruang-ruang pertemuan umat beragama, termasuk dengan pemerintah dan berbagai pihak agar bisa mendiskusikan hal-hal yang sifatnya positif,” tandasnya.
Kakanwilpun mengapresiasi langkah Bupati Konawe dan pemimpin daerah yang memiliki visi jauh kedepan. Sehingga akan menjadi daerah yang selalu memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan agama.
Dalam peresmian Pendopo Moderasi Beragama disaksikan Kepala Kantor Kemenag Kab. Konawe, H. Ahmad Lita Rendelangi, para Forkopimda Kab. Konawe, Pimpinan Majelis Agama, tokoh masyarakat dan segenap ASN lingkup Kantor Kemenag Konawe.
Editor: Hengky Iriawan Muin