AJI Kendari Edukasi Pekerja Radio Cek Fakta

0
Peserta Training Cek Fakta untuk Radio di Kota Kendari, yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia-AJI Kendari didukung Google News Initiative (2-3 Oktober 2022)

Kendari- Informasi tersebar begitu mudah di era digital. Semakin cepat informasi diperoleh, cepat pula informasi palsu alias hoaks menyebar luas.

Kemudahan mengakses internet ini membawa kekhawatiran mengenai mis-dis informasi konten tekstual, video dan audio kepada masyarakat. Karena itu, kredibilitas informasi perlu diuji. Jurnalis mesti berperan menangkal hoaks agar tak kian meluas, dengan menyajikan informasi yang jernih. Karenanya, jurnalis butuh kemampuan khusus melakukan verifikasi informasi fakta dan hoaks yang telah merebak macam virus.

Beberapa informasi palsu mungkin saja bisa disebarkan melalui audio karena kemiripan dengan suara tokoh tertentu atau sengaja dibuat mirip. Lalu bagaimana cara menghindari konten audio yang menyesatkan? Training cek fakta untuk radio ini merupakan salah satu upaya untuk memerangi hoaks dalam bentuk audio. Pada materi ini pegiat konten audio/radio mendapatkan materi khusus mengenai debunking audio.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia-AJI Kendari didukung Google News Initiative menggelar Training Cek Fakta untuk Radio di 10 kota di Indonesia. Di  Kota Kendari, pelatihan cek fakta berlangsung 1 hingga 2 Oktober 2022 di Swissbel Hotel. Kegiatan yang diampu trainer cek fakta itu diikuti 15 peserta yang berasal dari beberapa Radio di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe. Trainer dalam cek fakta itu adalah Nurdin Amir dan Nurika Manan.

Lewat training ini para peserta meningkatkan pemahaman tentang literasi digital, tools untuk memeriksa fakta konten visual maupun audio. Pada training ini peserta diharapkan dapat mengasah keterampilannya dalam mengenali informasi digital, mis-dis informasi, pengetahuan terkait keamanan digital dan debunking audio.

Ketika pelatihan, peserta berdiskusi mengenai berbagai perkembangan mis-disinformasi. Peserta juga didorong untuk memproduksi konten debunking audio ataupun konten cek faktanya di newsroomnya masing-masing. Selain itu, peserta juga diberi pemahaman terkait keamanan digital.

Selain mendapatkan pelatihan, para peserta juga berkesempatan mendapatkan fellowship (beasiswa) bagi dua radio. Untuk mendapatkan itu, para peserta harus mengajukan proposal untuk diseleksi.

Salah satu peserta dari RRI Kendari Gafar mengatakan pelatihan cek fakta itu sangat bagus. Selama ini, dia tidak begitu tahu apa itu hoaks dan bagaimana cara mengatasinya dengan menggunakan media radion. Namun dengan mengiukuti pelatihan, dia jadi tahu banyak hal mulai dari mengenali hoaks hingga melakukan verifikasi.

Salah satu hal yang paling berkesan baginya adalah cara membuat podcast cek fakta mengenai sebuah realitas di masyarakat. Jadi untuk melakukan cek fakta tidak saja di ranah digital atau hoaks yang berbasis internet tapi juga hoaks yang ada dalam pembicaraan masyarakat.

Saat ini rasio seperti RRI sudah multiplatform sehingga siaranya tidak hanya berbasis siaran radio tapi sudah menggunakan website hingga TV. Untuk menerapkan ilmu pengetahuan tentang cek fakta yang tergolong baru didapatnya, Gafar mengaku akan pelan-pelan menerapkannya di tempat kerjanya.

“Ke depan kalau bisa sering-sering ada kegiatan seperti ini agar kami para wartawan bisa melawan isu-isu hoaks melalui karya pemberitaan sehingga masyarakat tidak termakan isu hoaks,” ujar Gafar.

Sementara itu, dari Radio MRVStation, Wa Ode Mustika Daratu mengaku bahwa kegiatanya sangat menarik dan sangat bermanfaat khususnya jurnalis bagi keseharian maupun dalam pekerjaan. Dengan begitu dia dapat mengenai hoaks dan tidak menyebarkannya.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat agar tidak terlalu gampang percaya dengan isu-isu viral mengingat penggunaan dan laju internet semakin pesat,” ujar Wa Ode Mustika.

Untuk menerapkan program mengenai cek fakta di tempat kerjanya, dia akan menerapkannya secara bertahap.  Dia berencana akan memasukannya dalam segmen MRVerse yakni kegiatan di kalangan anak SMA.

Wa Ode Mustika juga terkesima dengan materi tentang kemanan digital. Baginya hal ini terglong  hal yang baru dia temukan. “Ternyata dalam penggunaan password dan lainnya tidak terlalu banyak membutuhkan sesuatu yang rumit. Hanya perlu beberapa cara yang mudah,” ujarnya. (***)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here