Dukungan agar kebaya diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh badan PBB urusan pendidikan, iptek dan kebudayaan atau UNESCO, semakin digaungkan. Salah satu di antaranya di ibukota Amerika, Washington DC, dengan mengadakan jalan cantik berkebaya di sekitar Monumen Washington.
WASHINGTON, DC — Seperti halnya Tugu Monas di Jakarta, Monumen Washington kerap menjadi pusat kegiatan warga Amerika. Kali ini ratusan perempuan Indonesia ikut serta dalam Lomba Berkebaya berkaitan dengan diajukannya kebaya sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO. Juga untuk memeriahkan HUT kemerdekaan RI di Amerika.Sebanyak 185 perempuan Indonesia yang tinggal di wilayah Washington, DC ikut serta mendukung acara berkebaya ini, selain di negara-negara bagian lain di AS, seperti disampaikan oleh istri Duta Besar RI untuk Amerika, Ayu Heni Roeslani.
“Mengajak KJRI yang berada di Amerika, baik di Los Angeles, New York, San Fransisco, Chicago dan Houston, dan daerah-daerah sekitarnya, yuk sama-sama pada 7 Agustus dalam rangka menyambut HUT RI, masyarakat yang ada di AS ikut juga menggaungkan “Kebaya Goes to UNESCO”,” ujarnya.
Acara semakin menarik dengan keikutsertaan warga asing, yaitu para istri diplomat yang pernah bertugas di Indonesia.
“Saya juga mengundang ibu Duta Besar yang istrinya pernah bertugas di Indonesia, saya mengajak mereka untuk bersama-sama meramaikan,” tambah Ayu.
Kebaya klasik atau pakem
Lomba berkebaya ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu Kebaya pakem atau yang asli dengan kebaya model kutu baru atau Kartini, kain sarung, serta dilengkapi sanggul dan sunggar, selendang dan selop. Kategori lain yaitu modern, dengan kebaya modifikasi dan boleh tanpa sanggul dan tanpa kain atau sarung.
Seorang pecinta batik dan kebaya, Ratna Cary yang menikah dengan diplomat Amerika, ikut serta dalam kategori Kebaya pakem. Perempuan berusia 55 tahun asal Bogor ini mengatakan kepada VOA.
“Kebaya klasik itu menurut saya jauh lebih bagus, karena sesuatu yang asli dari kebudayaan kita selalu ada arti dan filosofinya, jadi tidak hanya kelihatan bagus tetapi memnpunyai arti yang mendalam. Memang bagus juga ya kebaya moderen, tapi saya ingin supaya kebaya klasiknya juga dikenalkan lebih banyak lagi, supaya masyarakat mengerti bahwa asal mula dari kebaya yang bagus-bagus moderen sekarang ini asalnya dari kebaya klasik,” ungkapnya.
Kebaya modifikasi atau moderen
Banyak generasi muda menganggap kebaya moderen atau yang dimodifikasi lebih praktis dikenakan daripada kebaya klasik. Kebaya moderen bisa dipakai dengan rok batik ataupun dengan jeans. Maka tak heran jika kategori kebaya moderen lebih banyak pesertanya.
Salah seorang peserta, Dyan Wibowo yang tinggal di Virginia mengatakan, “Kebaya saya moderen modifikasilah ya…, ada encimnya dengan tas batik begitu ya… Jadi berbaur dengan masyarakat lain.”
Ditanya mengenai perempuan yang berkebaya namun berhijab, Dyan menambahkan, “Ya hijabnya seperti biasa harus menutup. Kalau mengenakan kebaya yang menerawang, kita harus memakai pakaian atau daleman untuk menutupi yang menerawang itu, jadi harus dipadukan.”
Keberadaan kebaya harus dikenalkan sebagai kekayaan budaya Indonesia. Maka dengan “jalan cantik berkebaya” di sekitar Monumen Washington, warga Amerika akan lebih mengenal Indonesia.
Mereka yang mengikuti jalan cantik berkebaya ini tidak hanya perempuan Indonesia, namun juga anak-anak dan warga asing di antaranya istri diplomat, Jenny Kocher asal Colombia dan Chistine penyanyi Dang Dut di Amerika.
Selain itu juga diadakan lomba berkebaya untuk diunggah ke Tik Tok dengan durasi satu menit. Para pemenang dari dua kategori lomba berkebaya itu akan diumumkan pada puncak acara HUT kemerdekaan RI tanggal 21 Agustus dalam acara Panggung Gembira dan Bazaar. [VOA Indonesia ps/em]