Kini Hadir Green Hajj Apps: Panduan Haji dan Umroh Ramah Lingkungan

0

JAKARTA – Ummah for Earth dan Greenpeace (tag atau internal link ke sini) Indonesia meluncurkan aplikasi Green Hajj pada Kamis (30/6/2022). Aplikasi Green Hajj hadir sebagai bentuk nyata dukungan umat Islam (tag atau internal link ke sini) dalam upaya mengatasi perubahan iklim (tag atau internal link ke sini). Sebelumnya Ummah for Earth telah merilis Green Hajj dalam bahasa Inggris dan Arab, kini aplikasi tersebut juga diluncurkan dalam bahasa Indonesia, bisa diunduh untuk versi IoS dan Android.

Acara launching berlangsung secara hybrid di Jakarta, dengan dialog dengan sejumlah tokoh yang memiliki perhatian dan memberi dukungan bagi keikutsertaan umat Muslim dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

“Green Hajj merupakan aplikasi yang memuat bacaan dan doa serta panduan praktis dalam melakukan ibadah haji dan umrah (tag atau internal link ke sini). Pengguna juga bisa mendapatkan petunjuk mengenai ibadah haji dan umroh yang ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti penggunaan air dan energi yang efisien, pengurangan sampah khususnya sampah plastik, dan penggunaan transportasi publik,” ujar Tata Mustasya, juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia.

“Kampanye ini ingin mempromosikan masa depan alternatif yang menawarkan solusi dan harapan. Diharapkan panduan ini bisa ikut membawa dunia mengatasi bencana iklim, menawarkan bagi individu, komunitas, pemerintah dan pemangku kepentingan lain guna mengakhiri mitos pembangunan ekonomi ekstraktif yang merugikan lingkungan,” pungkas Tata.

Survei yang dilakukan oleh Greenpeace juga menunjukkan kalau naik haji, bagi banyak orang di Indonesia, tidak sekadar cita-cita, tapi juga ibadah. “Masih banyak anak muda Indonesia yang bercita-cita untuk menghajikan orangtua mereka.” Karena itu, menurut Tata, isu lingkungan jadi sangat penting bagi umat Islam di Indonesia.

“Untuk ibadah haji ini, Greenpeace melihat Green Hajj ini bisa menginspirasi kita semua,  bagaimana umat Islam bisa memotori gerakan untuk melestarikan lingkungan. Dengan melestarikan lingkungan, manusia dan lingkungan bisa selamat. Dengan Green Hajj ini kita bisa mendorong kesalehan lingkungan bagi umat Islam,” kata Tata.

Green Hajj dan upaya meningkatkan kesadaran lingkungan (h2)

Dalam sesi sambutan, hadir seorang influencer dari Malaysia, Sharifah Sofia, yang juga aktivis lingkungan, aktris, ibu, fasilitator luar ruang serta pendorong isu Kesehatan mental. Sharifah menyambut baik kehadiran panduan dan aplikasi Green Hajj ini. “Kita sekarang hidup di dunia yang bergerak cepat, dan semua ada di tangan kita, di smartphone,” kata Sharifah secara daring dari Malaysia.

Sementara itu, Hilman Latief, Dirjen Penyelenggaraan Haji & Umrah Kementerian Agama dalam sambutannya menggarisbawahi besarnya jumlah jemaah haji asal Indonesia. “Kita perlu memikirkan bagaimana umat Muslim bisa merespons isu-isu strategis termasuk soal lingkungan, karena bagaimana pun Indonesia adalah negara dengan jumlah umat Muslim terbesar di dunia,” kata Hilman. “Kementerian Agama menyambut baik ide Greenpeace dengan aplikasi Green Hajj. Sebab dampak lingkungan dari peristiwa kenaikan haji ini juga sangat besar dan membutuhkan perhatian.”

Salah satu staf Greenpeace, Kiki Taufik, Kepala Global Kampanye Hutan Indonesia dari Greenpeace South East Asia saat ini tengah melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, dan bergabung dalam perbincangan lewat sambungan daring.

“Suhu di sini antara 36-46 derajat Celcius di siang hari. Karena itu jangan tunggu haus dulu baru minum,” kata Kiki. Menurut Kiki, panduan Green Hajj ini sangat mudah diterapkan oleh jemaah haji. “Misalnya soal kita harus bawa tempat minum yang artinya ini juga reusable, sehingga kita bantu menguranhi sampah plastik. Juga dorongan untuk berupaya zero waste. Saya selalu bawa tumbler juga tidak pernah ganti kantong platstik untuk membawa alas kaki.” Aplikasi dan panduan Green Hajj ini, kata Kiki, sangat penting untuk dipakai oleh setiap individu jemaah haji dan umrah.

Islam dan nilai-nilai lingkungan (h2)

Dalam Islam, isu lingkungan sangat penting, kata Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal dalam perbincangan berjudul “Haji dan Perubahan Iklim” dalam peluncuran aplikasi Green Hajj yang diselenggarakan oleh Greenpeace, bekerja sama dengan KBR. Perbincangan ini dipandu Rahma Shofiana, juru kampanye Greenpeace.

“Kalau kita ingin lihat bumi langgeng, kita perlu punya kesadaran lingkungan yang tinggi.” Menurut Nasaruddin, belum ada kesadaran yang cukup tinggi dari jemaah haji terkait soal lingkungan, yang jumlahnya bisa mencapai 4 juta orang secara bersamaan. “Setiap penerbangan meninggalkan jejak karbon yang sangat besar. Konversi itu harus diapakan? Saya kira harus ada pemikiran-pemikiran besar soal ini. Kita harus memperhatikan jemaah haji, juga kesehatan lingkungan. Saya kira kita perlu melakukan penelitian komprehensif soal risiko lingkungannya,” kata Nasaruddin.

Perbincangan juga menghadirkan Fachruddin Mangunjaya, aktivis Lingkungan dan Dosen Pascasarjana Universitas Nasional, yang terlibat dalam pembuatan Green Hajj. “Di dalam panduan disebutkan soal jejak karbon yang kita tinggalkan, serta apa yang bisa kita lakukan untuk itu. Misalnya menanam pohon, membeli energi terbarukan, dan sebagainya. Di sini sudah ada hitung-hitungannya, ada kuantitasnya,” kata Fachruddin. Ia mendorong jemaah haji untuk menggunakan panduan ini supaya bisa ikut menciptakan situasi karbon netral.

Green Hajj dan peran serta jemaah haji (h2)

Bambang Hamid Sudjatmiko, Ketua Bidang Hubungan antar Lembaga DPP AMPHURI (Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia) menyebutkan kalau Indonesia mendapatkan kuota jemaah haji yang paling besar dibandingkan negara lain. “Sangat mungkin jika jemaah kita memakai panduan Green Hajj ini,” kata Bambang. Bambang juga mengusulkan adanya pelatihan dan pendidikan tema lingkungan kepada pembimbing ibadah haji dan umrah sebagai pintu masuk untuk membangun kepedulian lingkungan dari Jemaah yang akan berangkat ke Tanah Suci.

Saat ini Nur Arifin, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama tengah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. “Saat ini suhunya 38 derajat Celcius,” kata Arifin. Ia juga mencermati masih rendahnya kesadaran lingkungan Jemaah haji di sini.

“Ada hal yang perlu kita renungkan. Ketika lempar jumrah, maka di ujung penyelesaiannya, ada toilet. Lalu orang melempar kain ihrom begitu saja, sehingga menumpuk. Orang tidak peduli, sehingga terjadi sampah luar biasa. Karena itu butuh tafsir praktik sehingga bisa dilakukan umat di Tanah Suci. Mereka bukannya sengaja membuat sampah, tapi memang perlu bimbingan, antara lain soal aplikasi haji ramah lingkungan,” kata Arifin.

Nadhea Tanj adalah perwakilan generasi muda, sekaligus artis dan influencer di media sosial, yang juga hadir dalam perbincangan hari ini. “Saya sebagai generasi muda merasa bahwa saya punya tugas besar untuk jaga lingkungan di sekitar kita. Karena ini sebagian besar karunia yang sudah diberikan Tuhan YME,” kata Nadhea. Ia juga menyebutkan kalau kita sudah bisa merasakan perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari polusi yang terus meningkat, kenaikan permukaan air laut dan sebagainya.

“Jadi kalau saya sebagai generasi muda tidak cepat bertanggung jawab untuk lingkungan di sekitar kita, akan ada banyak dampak negatif yang muncul. Aplikasi Green Hajj ini menurut saya bisa membantu Jemaah haji dan umrah untuk mendapatkan panduan yang baik untuk lingkungan,” kata Nadhea.

Aplikasi Green Hajj sudah dapat diunduh gratis di App Store, dan dapat digunakan oleh individu maupun agen travel sebagai langkah menumbuhkan kesadaran bahwa haji dan umrah dapat menjadi ibadah yang mengintegrasikan dampak positif bagi lingkungan, sesama makhluk hidup serta kehidupan di bumi dengan peduli pada perubahan iklim.

Download aplikasi Green Hajj untuk IoS di sini:

https://apps.apple.com/gb/app/greenhajj-app/id1631972408. (ANP-MNC Trijaya)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here