Kepala BRIN: Basis Riset Harus Center of Excellence

0

Jakarta – Setelah minggu lalu melakukan kunjungan kerja ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko Kembali meninjau lokasi kantor BRIN lainnya. Kali ini (1/4), ia dan jajarannya meninjau beberapa fasilitas riset di Kawasan Lampung.

Fokus lawatannya kali ini adalah pada kondisi kantor dan SDM periset di sana. Di Tanjung Bintang ada 15 periset yang eksisting saat ini, sebagian sudah doktor. Dengan fasilitas yang akan dibangun di lokasi tersebut, maka otomatis para periset dituntut untuk meningkatkan kinerja dan berinovasi.

Dikatakannya, jika dalam waktu dua tahun ke depan perkembangannya belum terlihat, Handoko berniat membangun Pusat Kolaborasi Riset (PKR) dan bekerja sama dengan Institut Teknologi Sumatera (Itera). “Opsinya kita serahkan ke Itera. Kita bikin sebagai Pusat Kolaborasi Riset BRIN di daerah (Lampung),” ujarnya.

PKR bisa dibangun tidak hanya dengan industri, tetapi juga dengan kampus perguruan tinggi. Kita tidak ingin sekedar mempertahankan unit kerja karena terlanjur sudah ada. Nanti kita akan merasa terpaksa menghidupi, padahal tidak ada hasil yang signifikan,” tegas Handoko dalam arahannya. Mengenai opsi SDM periset, ia mengatakan, bisa saja didistribusikan ke berbagai perguruan tinggi, sehingga perguruan tinggi juga bisa mendapatkan SDM yang potensial dari BRIN.

Center of Excellence

Handoko juga mengungkapkan bahwa investasi alat tidak akan dilakukan jika tidak sesuai dengan kondisi dan potensi lokasi setempat.

“Kita tidak segan membangun besar-besaran untuk membuat center of excellence, misalnya di Yogjakarta atau di Mataram. Harus ada prospek ke depan, dan ini terkait dengan SDM. Basis riset harus center of excellence,” tandasnya. Riset tidak perlu ada di semua tempat. Satu tempat harus jadi center of excellence yang tidak bisa ditemukan di lokasi lain,”tambahnya.

Mengenai Balai Besar Teknologi Pati (BBTP) di Anak Tuha, Handoko mengaku bahwa awalnya ia ingin menyerahkannya ke gubernur (daerah).

“Setelah saya lihat, (BPTP) ini terlalu besar untuk dihibahkan. Tapi tentu kita harus cari sesuatu. Ini yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini,” tuturnya.

Menurutnya, masih banyak yang bisa dioptimalkan di bidang holtikultura, pertanian, perkebunan dan sebagainya.

“Kita akan melakukan investasi yang signifikan misalnya kerja sama dengan swasta, kita dukung risetnya. Saya berharap periset bisa melihat teman (periset lainnya) di lokasi lain. Jadi bisa kerja bareng, tidak harus selalu kerja di sini,” terangnya.

Handoko menyebutkan, pusat riset yang terkait proses pangan, baik yang kimia maupun fisika, sudah dipusatkan di Subang dan Gunung Kidul, Yogyakarta. Secara lokasi, menurutnya, keduanya lebih bisa mengantisipasi anak muda untuk mau ke sana. Jika mereka masih berpendidikan di bawah S3, ada skema yang sudah tersedia, yaitu deegree by research.

SDM harus berkompetisi untuk mendapatkan skema yang diinginkannya. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan karena BRIN ada untuk Indonesia.

“Negara ini maju jika periset nya bertambah. Bukan hanya Periset BRIN saja, melainkan juga dari industri, dan lainnya. Periset BRIN menjadi core of the core. Untuk itu, kita harus berubah. Lihat best practices di luar,” tegas Handoko.

“Mulai sekarang kita harus membuat orang di luar kita mampu melakukan riset. Saat ini yang punya resources hanya kita. Bapak ibu didorong untuk bekerja bersama periset lain di luar BRIN,” pungkasnya.

Dalam rangkaian kunjungan kerjanya, Kepala BRIN didampingi Plt. Kepala Biro Komunikasi Publik, Umum, dan Kesekretariatan, Plt. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara, dan Plt Kepala Biro Perencanaan Keuangan. Selain mengunjungi kantor BRIN di Tanjung Bintang dan Anak Tuha, rombongan juga sempat mengunjungi Kantor BRIN di Rajabasa. (FAZ-MNC Trijaya)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here