Detasemen Khusus atau Densus 88 Anti Teror Mabes Polri telah menembak mati seorang dokter bernama Sunardi. Pria berusia 53 tahun itu dilaporkan menolak ditangkap atas tuduhan memiliki hubungan dengan kelompok militan Jemaah Islamiyah, yang diduga mendalangi serangkaian pembomban pada masa lalu.
Menurut Juru Bicara Polri Kombes Ahmad Ramadhan, Jumat (11/3), Sunardi berusaha menabrak polisi yang memblokir truk pikap-nya pada hari Rabu di sebuah jalan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Dua polisi kemudian melompat ke bagian belakang truk itu.
Tersangka mengabaikan peringatan polisi untuk menghentikan kendaraannya dan terus mengemudi dengan kecepatan tinggi secara zig-zag dalam usaha melempar kedua polisi dari truknya. Sunardi akhinya menabrak kendaraan di dekatnya dan polisi melepaskan tembakan ke arahnya, kata Ahmad.
“Apa yang dilakukan polisi sudah sesuai dengan prosedur,” kata Ahamd ”Tersangka menciptakan situasi yang mengancam nyawa polisi dan masyarakat.”
Sunardi berusaha ditangkap ketika sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah pesantren di Sukoharjo, di mana ia juga menjalankan praktek medis. Ia tertembak di punggung dan pinggul dan dilarikan ke rumah sakit polisi di kota terdekat, Solo, tetapi meninggal dalam perjalanan. Dua polisi yang mengejarnya cedera dan dirawat di rumah sakit yang sama.
Tersangka diyakini sebagai anggota kunci dari jaringan Jemaah Islamiyah yang terkait dengan al-Qaida, yang mendalangi pemboman tahun 2002 di Bali yang menewaskan 202 orang, dan sejumlah serangan lainnya, kata Ahmad.
Ahmad mengungkapkan, Sunardi adalah wakil pemimpin Jemaah Islamiyah tanpa menyebutkan apakah tersangka turut berperan dalam serangan-serangan yang terjadi di Indonesia. Sunardi juga dituduh merekrut dan memberi bantuan dan dana kepada beberapa militan Indonesia yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok-kelompok militan di sana yang berafiliasi dengan al-Qaida, tutur Ahmad.
Pengadilan Indonesia menyatakan Jemaah Islamiyah sebagai organisasi terlarang pada tahun 2008. Tindakan keras yang terus menerus digelar oleh pasukan keamanan dengan dukungan dari AS dan Australia membantu melemahkan jaringan militan tersebut.
Unit kontraterorisme kepolisian Indonesia, yang dikenal sebagai Densus 88, telah menangkap lebih dari 500 tersangkaa nggota Jemaah Islamiyah dalam dua tahun terakhir, termasuk seorang anggota Majelis Ulama Indonesia yang ditangkap pada November 2021. Kelompok ini diyakini memiliki lebih dari 6.000 anggota.
Polisi dikritik karena sering menembak tersangka daripada berusaha menangkap mereka. Pihak berwenang mengatakan mereka terpaksa melakukan itu untuk membela diri. [ab/ka]
Sumber: VOA Indonesia