Strategi Satgas Penanganan Covid-19 Hadapi Lonjakan Kasus

0

Jakarta – Menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang didominasi varian Omicron, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengambil sejumlah langkah cepat pencegahan penularan. Tujuannya untuk menghindari lonjakan kasus tak terkendali yang berakibat pada beban berlebih di fasilitas kesehatan.

“Dalam 2 bulan terakhir, kami melakukan penebalan (rekrutmen baru) duta perubahan perilaku sebanyak 28.687 orang di seluruh Indonesia”, jelas Sonny Harry B Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Nasional. Mereka diberi pelatihan khusus dan secara sukarela turun langsung ke lapangan, mengedukasi masyarakat untuk menerapkan perilaku pencegahan penularan 3M, mendukung upaya 3T dan vaksinasi. Hingga saat ini tercatat 163.113 orang duta perubahan perilaku yang tersebar di 502 kabupaten/kota se-Indonesia.
Selama 2 bulan terakhir, lebih dari 2 juta orang diedukasi langsung oleh para duta perubahan perilaku. Tidak kurang dari 2 juta masker dibagikan oleh para duta perubahan perilaku, khususnya untuk masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Selain penggerakan lapangan, Satgas juga melakukan kampanye massif pencegahan penularan melalui media luar ruangan, media elektronik, media online dan media sosial.
Sesuai arahan Letjen TNI Suharyanto selaku Kepala BNPB sekaligus Kasatgas, BNPB diminta ikut memasifkan pembagian masker di lapangan selama Februari 2022. Sekitar 2,5 juta masker turut dibagikan oleh tim BNPB di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya sebagai upaya mitigasi mengurangi risiko penularan Covid-19.
Berdasarkan data dashboard monitoring perubahan perilaku, Sonny menjelaskan bahwa skor kepatuhan masyarakat terhadap 3M cenderung meningkat. Skor kepatuhan memakai masker naik dari 7,82 (Januari 2021) menjadi 8,09 (Februari 2022). Pada periode yang sama, skor kepatuhan menjaga jarak juga naik dari 7,55 menjadi 7,85. Sedangkan skor kepatuhan mencuci tangan membaik dari 7,59 ke angka 8,00. Rentang skor kepatuhan antara 1 (sangat tidak patuh) hingga 10 (sangat patuh).
Selain karena adanya penggerakan lapangan dan kampanye yang massif, kenaikan skor juga dipengaruhi persepsi risiko di masyarakat. Saat terjadi lonjakan kasus dan kenaikan positivity rate, masyarakat merespons peningkatan risiko penularan dengan membatasi mobilitas dan lebih ketat menerapkan protokol kesehatan. “Selama 2 tahun pandemi, perilaku adaptif pencegahan penularan Covid-19 sudah terjadi di masyarakat”, jelas Sonny.
Lebih lanjut Sonny menjelaskan bahwa para duta perubahan perilaku tidak hanya mengedukasi penerapan protokol kesehatan saja. Mereka turut andil mendorong masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, mengedukasi cara memelihara kesehatan mental, dan melakukan skrining kesehatan secara mandiri dalam beraktifitas. Harapannya ketahanan kesehatan masyarakat terus meningkat sehingga kualitas hidup penduduk Indonesia semakin baik.
Sayangnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan belum diikuti oleh kepatuhan institusi. Dari seluruh institusi yang dipantau di lapangan, selama Januari-Februari 2022, baru sekitar 14,18% institusi/fasilitas publik yang memiliki petugas pengawas pelaksanaan protokol kesehatan. Satgas Penanganan Covid-19 menghimbau Satgas Daerah agar terus meningkatkan pengawasan protokol kesehatan di fasilitas publik terutama di pasar tradisional, restoran/kedai, terminal, dan tempat-tempat wisata. Sedangkan pengawasan protokol kesehatan yang relatif sudah lebih baik terutama di perkantoran, sekolah dan tempat ibadah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here