Komnas HAM Selidiki Demonstran yang Tewas di Sulteng

0
Massa aksi Aliansi Masyarakat Tani Peduli (ARTI) melakukan aksi duduk di badan jalan raya dalam unjuk rasa penolakan tambang emas di Desa Siney, Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pada 12 Februari 2022. (Foto: Humas Polda)

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah melakukan pemantauan dan penyelidikan serius terhadap peristiwa tewas tertembaknya seorang demonstran di Parigi Moutong.

Komnas HAM dalam siaran pers hari Sabtu (19/2) menyatakan pemantauan dan penyelidikan itu dilakukan setelah menerima laporan tentang tewas tertembaknya seorang pengunjukrasa dalam aksi menolak tambang emas di Parigi Moutong, Sabtu pekan lalu (12/2). Komnas HAM menyampaikan keprihatinan atas terjadinya aksi kekerasan hingga jatuhnya korban jiwa, dan mendorong evaluasi terhadap penanganan aksi unjuk rasa oleh Polres Parigi Moutong, serta penegakan hukum bagi siapa saja yang terbukti melakukan pelanggaran.“Komnas HAM mendorong segala tahapan dan proses pengungkapan itu dilakukan secara transparan dan terbuka,” kata Kepala Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah Dedi Askary dihubungi VOA, Sabtu (19/2) malam.

Massa Aksi Aliansi Masyarakat Tani Peduli membentangkan spanduk menolak tambang emas dalam aksi demonstrasi di desa Siney, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pada 12 Februari 2022. (Foto: Humas Polda Sulteng)

Komnas HAM juga memberi perhatian terhadap proses pemanggilan saksi oleh pihak kepolisian dan berharap pemanggilan ini dihentikan. Hal ini penting untuk membangun cooling system guna membangun kondusivitas.

“Hingga malam Sabtu (18/2) sangat banyak masyarakat menghubungi kami mengabarkan bahwa mereka itu posisi diburu-buru oleh aparat kepolisian di Polsek Kasimbar, kemudian ada yang mengalami keluarganya datang ditemui satu persatu oleh aparat kepolisian Kasimbar itu menitip pesan yang sangat kental nuansa teror dan intimidasinya,” papar Dedi Askary yang mengharapkan polisi sebaiknya fokus terlebih dahulu pada pengungkapan pelaku penembakan.

Terkait penolakan tambang emas, Komnas HAM akan mendalami lagi kasus ini, karena masyarakat sekitar telah menyampaikan penolakan sejak 2012.

Aksi demonstrasi oleh Aliansi Masyarakat Bersatu di depan kantor Gubernur Sulteng. (Foto: VOA/Yoanes Litha)

Pembubaran Massa Sesuai SOP

Kapolda Sulteng Irjen Pol. Rudy Sufahriadi dalam rapat terbatas dengan anggota Komisi III DPR RI, Jumat (18/2) di Palu menyatakan pelaksanaan pembubaran masa unjuk rasa yang melakukan pemblokiran jalan telah dilaksanakan sesuai Standard Operating Procedure (SOP).

“Tetapi saya yakin ada oknum anggota yang melakukan pelanggaran SOP,” Kata Irjen Pol Rudy Sufahriadi dalam pertemuan yang berlangsung di Ruang Rupatama Polda Sulteng dilansir dari siaran pers Humas Polda Sulteng.

Ditegaskan Rudy, Polda Sulteng telah terlebih dahulu berupaya melakukan penegakkan hukum terhadap pelanggar SOP, baru kemudian penegakan hukum ke luar.

BACA JUGA:

https://www.voaindonesia.com/a/polda-sulteng-mulai-selidiki-tewasnya-warga-dalam-aksi-tolak-tambang-/6442151.html

Tujuh belas personil di Polres Parigi Moutong telah diperiksa oleh penyidik profesi dan pengamanan (propam) Polda Sulteng. Lima belas pucuk senjata api juga telah diperiksa oleh Laboratorium Forensik Makassar sejak Kamis (17/2). Uji balistik itu diperkirakan akan berlangsung hingga empat hari.

https://www.voaindonesia.com/a/komnas-ham-selidiki-demonstran-yang-tewas-di-sulteng/6451429.html

Warga Khawatirkan Dampak Tambang Emas

Komisi III DPR RI pada Kamis (17/2) melakukan pertemuan dengan perwakilan warga dari Kecamatan Toribulu, Kasimbar dan Tinombo Selatan di Kabupaten Parigi Moutong. Dalam pertemuan dengan anggota Komisi III DPR RI itu, warga menjelaskan aksi pemblokiran jalan terjadi saat mereka menggelar aksi demonstrasi penolakan terbitnya izin usaha pertambangan (IUP) tambang emas seluas 15.725 hektare. Meskipun tambang emas itu belum dioperasikan, warga khawatir keberadaan tambang emas nantinya akan merusak sumber air bersih dan persawahan.

BACA JUGA:

https://www.voaindonesia.com/a/bubar-paksa-penutupan-jalan-trans-sulawesi-sedikitnya-satu-warga-tewas/6440527.html

“Ada sekitar dua ribu lebih hektare sawah yang akan rusak ketika pertambangan itu hadir di Tinombo Selatan, Kasimbar dan Toribulu. Ini yang kami pertahankan,” kata Agung Alfianto Lamakanca, yang berasal dari Desa Tada Kecamatan Tinombo Selatan. Menurutnya bila sawah-sawah rusak maka akan banyak keluarga yang kehilangan lapangan pekerjaan.

Dalam pertemuan itu warga menyampaikan harapan agar Komisi III DPR RI dapat meneruskan aspirasi mereka kepada pemerintah pusat di Jakarta. [yl/em]

Sumber: Yoanes Litha/ VOA Indonesia

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here